Monday 7 September 2015

Sejarah Mangkuyudo


ilustrasi priyayi zaman dulu
Dengan mencari dari beberapa sumber, utamanya babad yang masih tersimpan di perpustakaan-perpustakaan baik yang sudah ditulis dalam huruf latin bahasa Jawa maupun huruf latin bahasa Indonesia. Maka dapat ditarik garis besar silsilah Mangkuyudo yang dimakamkan di astana Pekuncen Desa Ketitang, Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung.
Menurut sumber buku Babad Kedhu Ketitang yang disusun oleh KRT. Yudodiprojo, menceritakan silsilah Mangkuyudo sebagai berikut:
Putra Prabu Brawijaya V (Pamungkas) yang ke-30 yang bernama Joko Antar/Radyan Harya Suwongso yang bergelar Panembahan Tinembah setelah beragama Islam (Jaman kerajaan Demak) berguru pada Pangeran Pujonggo. Joko Antar memiliki 2 anak yaitu Wongsogati/Kyai Ageng Sleseh di Gunung Tumpeng Kedhu kemudian pindah ke Demak berganti nama menjadi Ki Ageng Samak dan Nyai Ageng Sela Manik menikah dengan Pangeran Makdum Jamil di Wiratha Panalungan. 
Ki Ageng Samak/Wongsogati/Kyai Ageng Sleseh memiliki seorang putra bernama Kyai Citrogati/Panembahan Sareseh di Liyangan (wilayah Kabupaten Temanggung sekarang). Menikahi adik pamannya (Pangeran Makdum Jamil) berputra Kyai Morogati/Kyai Ageng Sela Manik II dan menikahi putra Ki Ageng Bodho I dari Sekruwe Kedhu Siwur berputra Kyai Somogati/Ki Ageng Kalinongko (di Kecamatan Gemawang, Kabupaten Temanggung).
Kyai Ageng Sela Manik II/Morogati memiliki anak perempuan yang dinikahi Ki Ageng Karotangan dari Pager Gunung mendapatkan putra bernama Ki Ageng Manguneng I. Ki Ageng Manguneng I memiliki putra Ki Ageng Manguneng II. Ki Ageng Manguneng II berputra Ki Ageng Muneng (dimakamkan di Desa Muneng, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung). Ki Ageng Muneng berputra 2 orang, yaitu Kyai Proyogati dan Kyai Banten. Kyai Proyogati berputra Kyai Wongsocitro.
Pada Masa Pemerintahan Amangkurat Amral, Wongsocitro diberi gelar Raden Tumenggung Mangkuyudo I kemudian meninggal di dekat benteng Kediri bersamaan dengan Dermoyudo III saat menyerang benteng Trunojoyo (sampyuh). Kemudian jenazah Mangkuyudo I dimakamkan di Astana Pekuncen Desa Ketitang (Sumber: Sejarah Kedhu Ketitang, KRT. Yudodiprojo).
Dalam Babad Tanah Jawi in Proza (J. J. Meinsma, 1874), diceritakan, saat itu Kedhu sangat tidak aman saat Mataram dikuasai pasukan Trunojoyo. Ketika dipengasingan (Tegal), Sunan Amangkurat II (Amral) memerintahkan Raden Nerangkusuma untuk mencari informasi tentang Mataram lewat Pagelen (sekarang Purworejo dan sekitarnya) ataupun Kedhu (Temanggung dan sekitarnya). Banyak orang yang kemudian takluk ingin mengabdi kepadanya, termasuk Wongsocitra/Wongsacitra dan kedua anaknya (Ki Lembu dan Ki Buwang) yang memiliki banyak pasukan. Oleh Raden Nerangkusuma kemudian diterima dan ditugaskan mengumpulkan dan memimpin tenaga dari wilayah Kedhu. Kemudian, Ki Wongsacitra diangkat menjadi Tumenggung Mangkuyudo.
Diceritakan, saat menyerbu benteng terakhir Trunojoyo di Kedhiri Mangkuyudo Kedhu atau ki Wongsacitra mampu mengalahkan Tumenggung Mangkuyudo sampang dan Dhandang Wacana, kemudian menjebol pintu gerbang benteng, namun dicegat Darmayuda dan kemudian sama-sama tewas (sampyuh) saat bertempur didepan gerbang tersebut (1677). Setelah Trunojoyo dibunuh, Ki Lembu diangkat menjadi bupati Kedhu dengan nama Tumenggung Mangkuyudo II dan adiknya Ki Buwang diangkat menjadi wakilnya dengan nama Tumenggung Notoyudo.




20 comments:

  1. Ceritanya menarik...membuka wawasan tentang silsilah dan sejarah kabupaten temanggung yg notabene gak semua masyarakat temanggung tau akan hal ini..

    ReplyDelete
  2. Menarik untuk dibahas. Dalam catatan Kraton Mataram Jogjakarta. Brawijaya V memiliki anak diantaranya adalah Joko Hantar atau Haryo Sawongso ( Ki Ageng Wot Sinom ing Kedu). Memiliki anak Kyai Ageng Sleseh dan Nyi Ageng Selo Manik. Kyai Ageng Sleseh dimakamkan di Gunung Indrakila (Mlebo, Kandangan, Tmg). Belio memiliki anak Kyai Ageng Samak, Kyai Samak memiliki anak Kyai Ageng Citro Gati, Kyai Citro Gati memiliki anak Kyai Ageng Sumo Gati ( Kyai Ageng Kalinongko). Mana yang benar catatan ini atau paparan diatas, monggo kita teliti lagi. Jika ada yang memiliki informasi lain akan sangat bermanfaat jika kerso mendiskusikan disini. Sumonggo.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. trimakasih informasinya ki ageng toyajumo, kyai ageng Sleseh di Indrakila apakah ada petilasannya? karena di gunung tumpeng Jumo mnurut orang2 skitar ada pasarean nyi ageng slasih. bila benar di Indrakila maka kmungkinan sumber buku saya bisa jadi salah. buku tersebut kan dibuat pada era yang jauh ssudahnya.. namun adanya buku tsb dan catatan kraton milik jenengan jg bisa mnjadi sbuah bukti bhwa memang tokoh2 besar tersebut pernah ada dan hdup di wilayah sekitar Jumo-Kedu-Kandangan-gemawang yang mnurut saya adalah pusat negaragung Kedhu pada era demak akhir-pajang.

      bila ada yg punya informasi lain, tolong dibagikan... untuk memperkaya sumber pustaka saya

      Delete
    2. Terimakasih mas Thomo, mari kita teliti secara sekasama. Kyai Ageng Wot Sinom Kedu ( Joko Hantar atau Haryo Sawongso) dimakamkan di desa Sinom, Kec. Tambak Romo. Di Petilasan tersebut setiap tahun dilakukan upacara adat. Dari Kraton Solo yang biasanya hadir adalah Gusti Mung dan Gusti Kus. Kyai Ageng Sleseh (Putra Kyai Ageng Wot Sinom, dimakamkan di buit Indra Kila (Jumo), penduduk setempat menyebutnya Makam Kyai Pendek.

      Delete
    3. Terimakasih mas Thomo, mari kita teliti secara sekasama. Kyai Ageng Wot Sinom Kedu ( Joko Hantar atau Haryo Sawongso) dimakamkan di desa Sinom, Kec. Tambak Romo. Di Petilasan tersebut setiap tahun dilakukan upacara adat. Dari Kraton Solo yang biasanya hadir adalah Gusti Mung dan Gusti Kus. Kyai Ageng Sleseh (Putra Kyai Ageng Wot Sinom, dimakamkan di buit Indra Kila (Jumo), penduduk setempat menyebutnya Makam Kyai Pendek.

      Delete
    4. nah ini dia informasi yang saya tunggu...

      selama ini saya cuma explore mangkuyudo dan era dia hidup saja, pada zaman sbelum2nya... saya juga kurang informasi.

      sya tunggu informasi lainnya ki ageng toyajumo

      Delete
    5. Jadi sigkatnya dapat diceritakan sbb: Bra Wijaya V memiliki anak yg no 30 bernama Joko Hantar (Haryo Sawongso), belio memiliki anak Kyai Ageng Sleseh dan Nyi Ageng Selo Manik. Kyai Ageng Sleseh memiliki anak Kyai Ageng Samak, Memiliki anak Kyai Ageng Citrogati (Panembahan Sarasah), memiliki anak Kyai Ageng Sumogati ( Kyai Ageng Kalinongko, semare di Singorojo Kendal), memiliki anak Kyai Ageng Lempuyang (Semare di Lempuyang Candiroto), memiliki anak Kyai Ageng Wongso Manggolo ( Adipati Sindurejo, Patih PB II di Mataram Solo, semare di belakang Masjid Sindurejo, Jumo, Tmg. ) belio ikut dalam team perundingan Giyanti 1755. Nah nampaknya ada kemungkunan bahwa Ki Ageng Kalinongko berputra selain Kyai Ageng Lempuyang, adalah juga yang semare di Muneng yang meunurunkan Adipati Kedu Mangkuyudo. Mari mas kita teliti, karena babad Kedu sangat menarik dan belum bayak diketahui banyak orang.

      Delete
  3. wongso manggolo? Sindurejo? wahhh ini menarik mas... soalnya Sindurejo (era Mangkunegoro) sendiri dari beberapa buku kuno diceritakan adalah Mangkuyudo juga sblum menjadi Sindurejo. Sindurejo adalah nama lainnya setelah jadi patih... putra2nya ada yg jadi patih di Mangkunegaran dan ada yg kemungkinan (belum pasti) bisa jadi adalah bupati Magelang yg pertama

    ReplyDelete
  4. Sy kecil sampai remaja tinggal di desa Malebo Kandangan Temanggung. Diatas bukit dibelakang desa sy itu ( orang desa kami menyebut Gumuk Njompong, eh ada pula yg menyebut Gumuk Indrakila )ada makam.., waktu itu sy sering menyebut makam Kyai Pendek.. Eh baru baru ini ada yg bilang itu makam Ki Ageng Sleseh putra Ki Ageng Haryo Suwongso.. berarti benar yaa kabar itu..?

    ReplyDelete
  5. Sy kecil sampai remaja tinggal di desa Malebo Kandangan Temanggung. Diatas bukit dibelakang desa sy itu ( orang desa kami menyebut Gumuk Njompong, eh ada pula yg menyebut Gumuk Indrakila )ada makam.., waktu itu sy sering menyebut makam Kyai Pendek.. Eh baru baru ini ada yg bilang itu makam Ki Ageng Sleseh putra Ki Ageng Haryo Suwongso.. berarti benar yaa kabar itu..?

    ReplyDelete
  6. Mas toyajumo yg lebih paham... Tp menarik mas ktika smua clue2 sjarah mnjdi terang.

    ReplyDelete
  7. Mas toyajumo yg lebih paham... Tp menarik mas ktika smua clue2 sjarah mnjdi terang.

    ReplyDelete
  8. Nampaknya bisa dijadikan ajang kopi darat, saya punya relasi yang sudah melakukan riset dan penelusuran petilasan silsilah haryo sawongso...
    D.wicaksono - walitelon

    ReplyDelete
    Replies
    1. mas panjenengan dalemipun pundi ...kulo krikil walitelon

      Delete
    2. kulo p daryanto lare krikil walitelon monggo no hp 08156567562

      Delete
  9. Mbok monggo direalisasikan pak wicaksono... Jan gayeng kadose nek bisa ngobrol soal sejarah wkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. monggo kulo nderek p daryanto 08156567562 siap copy darat

      Delete
    2. monggo nderek p sudaryanto kulo 08156567562

      Delete
  10. Ada juga di Dieng makam mangkuyudo dan notoyudo makam ini sudah lama dirawat oleh masyarakat desa karang tengah dan disini ada silsilah yang dari kraton solo Monggo yang mau ziarah bisa lihat artefak makam dan lokasi pundenya

    ReplyDelete